Datang dari rasa penasaran yang muncul dari para reviewer yang menilai game ini hampir sempurna. Tchia game yang dibuat oleh developer Awaceb berakhir kami tamatkan. Beruntung game ini juga hadir secara “gratis” melalui katalog PlayStation Plus di bulan Maret.
Tchia sendiri merupakan game yang terinspirasi dari pulau New Caledonia di dekat negara Australia dan Selandia Baru. Pulau yang dikenal sebagai keindahannya ini juga digambarkan dengan sempurna di game ini. Pemain akan berperan sebagai Tchia, seorang gadis remaja yang tinggal dengan ayahnya dengan damai. Namun suatu ketika seorang penguasa setempat bernama Meavora menculik ayahnya, disaat inilah petualangan Tchia pun dimulai.
New Caledonia yang Indah

Indah merupakan satu kata yang sangat tepat untuk menggambarkan Tchia. Pemain akan sangat dimanjakan dengan pemandangan luas lengkap dengan art style yang juga menakjubkan. Hamparan perbukitan, pantai, goa, hingga dasar laut berhasil dibawakan nyaris sempurna tanpa terlihat adanya kekosongan. Melengkapi keindahan tersebut, Tchia hadir dengan gameplay open world yang sudah pasti mengizinkan pemain untuk bebas berkeliaran menjelajahi seluruh area. Awaceb juga begitu yakin menghadirkan cukup banyak cutscene di sepanjang cerita. Yang bisa dikatakan menjadi salah satu game indie dengan jumlah cutscene terbanyak. Untungnya kualitas animasi yang disajikan memang tidak dipungkiri lagi terlihat keren layaknya sebuah film animasi. Musik juga saling mengisi dalam game ini. Alunan instrumen-instrumen santai dari petikan ukulele terasa sangat pas. Musik latar juga akan berubah menyesuaikan situasi dalam permainan. Menariknya lagi, dalam mengedepankan suasana di New Caledonia, seluruh karakter berbicara dalam dub bahasa lokal tanpa ada pilihan untuk menggantinya.
Soul-Jump Jadi Skill Utama

Salah satu faktor yang membuat Tchia sangat menonjol adalah di bagian gameplay-nya. Kebebasan bereksplorasi di seluruh map tidak dibatasi sama sekali termasuk untuk urusan dasar lautnya. Terlebih Tchia sendiri diberkati oleh kemampuan “Soul-Jump” yang memungkinkan dirinya untuk merasuki makhluk hidup atau benda mati lain. Kegunaannya? Tentu saja pemain bisa “berperan” sebagai makhluk hidup yang dirasukinya tersebut sesuai dengan kemampuannya. Sebagai contoh jika kami ingin terbang jauh di udara, rasuki saja burung terdekat, ingin buka rantai di sebuah peti? Kepiting di pasir solusinya. Teknik Soul Jump juga bisa membantu Tchia untuk melawan para musuh berbentuk kain yang akan pemain temui nantinya. Gitar yang selalu ia bawa juga memiliki kemampuan magis tertentu, dengan cara membunyikan serangkaian kunci nada yang tepat.
Eksplorasi juga tidak terpaku dalam penggunaan Soul-Jump saja, walaupun akan terasa mudah, pemain juga bisa menggunakan alat-alat lain seperti glider ataupun perahu layar kecil untuk menjelajahi lautan. Dengan adanya itu semua, sistem traversal di Tchia terasa sangat unik dan menyenangkan!

Seperti yang sudah kami sebutkan sebelumnya, area open world yang cukup luas tidak membuat pemain kehabisan aktivitas untuk dilakukan. Terdapat puluhan hingga ratusan collectibles dengan berbagai jenis item yang bisa ditemui di seluruh pulau. Tchia sendiri juga menerapkan sistem membuka peta layaknya pada game open world lain, dengan mengunjungi sudut tinggi di beberapa area.
Salah satu alasan Tchia datang sebagai game yang menarik untuk kami adalah adanya mini game dengan jumlah yang cukup banyak. Dimulai dari bermain musik ala game rhythm, menyusun menara batu, lomba lari, hingga ajang menembak objek untuk mengumpulkan skor.
Namun keindahan dan keseruan tersebut tidaklah cukup untuk membuat kami mengatakan bahwa Tchia memang pantas diberikan nilai sempurna. Banyaknya aktivitas yang diberikan bisa menjadi pisau bermata dua, sebagian gamer pasti akan senang dengan hal tersebut dan sebagian lainnya justru merasa sebaliknya. Seperti yang kami rasakan, rasa repetitif sangatlah terasa ketika memainkan game ini mulai dari pertengahan progress hingga akhir. Terlebih misi yang disajikan juga tidaklah membantu, pemain akan sibuk pergi ke satu titik ke titik lainnya hanya sekedar untuk mengumpulkan item. Metode melawan musuh juga tidak ada perbedaan berarti hingga di akhir permainan.
Damainya Pulau Ditengah Penguasa Jahat

Kekurangan tersebut diperparah oleh aspek cerita. Kami merasa cerita yang dikembangkan hanya untuk mengisi kekosongan dalam game ini. Secara garis besar alur cerita memang menarik, namun untuk urusan pengembangan karakter dan plot ceritanya sendiri masih kurang. Kami menemui beberapa hal yang terasa aneh dan tidak masuk akal. Kekejaman Meavora sebagai penguasa digambarkan sangat damai. Sebagian besar wilayah seperti tidak berdampak apapun. Hanya ada beberapa tempat yang dikuasai oleh musuh, dan itu juga terletak sangat jauh dari pemukiman. Kami juga mendapati masalah crash berulang yang terpaksa harus melakukan skip progress.

Kesimpulan
Dengan seluruh keindahannya, Tchia merupakan game yang terasa solid untuk urusan visual, konsep permainan, dan gameplay, terutama pada bagian traversal-nya. Namun sayangnya terdapat beberapa aspek lain seperti level desain dan cerita yang membuat game ini seperti tidak menyatu.
Untuk yang ingin merasakan game santai dengan segudang aktivitas di dalamnya, Tchia bisa menjadi pilihan untuk dimainkan. Tetapi jangan terlalu banyak berharap untuk urusan kompleksitas cerita ataupun combat-nya.












